Iman seorang Muslim dapat bertambah dan berkurang. Faktor penyebab
bertambahnya iman di antaranya adalah ketaatan, begitu juga faktor
menurunnya iman tak lain dan tak bukan adalah kemaksiatan. Maka dari itu
kita diperintahkan untuk terus melakukan amalan-amalan yang dapat
menumbuhkan keimanan dan juga sebaliknya. Sebagaimana dikatakan Ibnu
Ruslan dalam matan Zubad Ibn Ruslan (Beirut: Daru Makrifat) halaman 5-6:
فكن من الإيمان في مزيد # وفي صــــفاء القلب ذا تجديد
بكثرة الصلاة والطاعات # وترك ما للنفس من شهوات
فشهوة النفس مع الذنوب # موجبتــــــان قسوة القـــلوب
Maka jadilah kamu bertambah dalam keimanan # dan memiliki pembaharuan dalam kejernihan hati
Dengan memperbanyak salat, ketaatan # dan meninggalkan sesuatu yang menyebabkan syahwat
Maka nafsu syahwat dan dosa # keduanya adalah faktor yang menyebabkan kerasnya hati
Untuk memperkuat dan menambah keimanan kita kepada Allah, Imam Al-Haddad menerangkan dalam kitab Risalatul Muawanah lir Râghibîn minal Mu’minîn fî Sulûk Tharîqah al-Âkhirah (Singapura
dan Jeddah: Al-Haramain) halaman 15, bahwa beberapa perkara yang dapat
menambahkan keimanan serta memperkuatnya. Di dalam kitab itu disebutkan
tiga kiat untuk menuju hal tersebut.
Pertama,
mendengarkan ayat al-Qur’an dan hadits yang di dalamnya disebutkan
perihal janji Allah subhanahu wata’ala, ancaman-Nya, perkara-perkara
akhirat, kisah-kisah nabi, mukjizat, serta hukuman bagi mereka yang
menentang para nabi. Begitu juga mendengarkan kezuhudan salafussalihin
di kehidupan dunia, begitu juga kecintaan mereka kepada akhirat dan pula
mendengarkan ayat-ayat sam’iyyat. Salah satu contoh ayat yang
menerangkan tentang janji Allah yaitu:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” (QS at-Thalaq: 3)
Kedua,
melihat kebesaran langit dan bumi dan segala sesuatu yang menakjubkan
dan keindahan yang diciptakan di langit dan bumi. Salah satu contoh ayat
yang menunjukan keagungan Allah di antaranya disebutkan dalam surat
As-Sajdah ayat 4:
اللهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ
أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ
وَلِيٍّ وَلَاشَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya:
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas
Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat
pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya?” (Q.S.
Al-Sajdah [32]: 4).
Dengan membaca dan merenungkan ayat diatas kita dapat melihat kebesaran Allah subhanahu wata’ala,
bahwasannya Allah adalah pencipta seluruh alam yang besar ini,
bahwasannya kita ini sangat kecil dibanding alam besar yang penciptanya
adalah Allah, lantas masihkah belum tumbuh rasa ketawaan kita kepadaNya?
Ketiga,
melaksanakan amal saleh secara teratur, juga menjaga dirinya supaya
tidak tergelincir kepada kemaksiatan dan keburukan. Beliau juga
menjelaskan bahwa iman itu dengan perkataan dan amal, bertambah sebab
melakukan ketaatan dan menurun sebab melakukan kemaksiatan. (Amin Nur Hakim)